Oke, now I'm addicted with caffeine. Coffee. Not a real coffee actually, the sachet one. I love the original and the moccacino. Then try a bit with Iced Coffee, it's kinda bitter.....but good enough.
Sebelum dengan kopi, saya sudah kecanduan dengan teh. Teh apapun. Dan yang paling saya suka itu teh hijau dan teh celup melati. Dari kecil setiap pagi, Mamah saya selalu membuatkan 4 cangkir teh dan 1 cangkir susu. Susu untuk kakak saya yang kedua, dan empat cangkir lainnya untuk Bapak, Mamah, kakak saya yang pertama dan saya.
Saya gak pernah suka kopi sebelumnya. Pahit, hitam, dan kesannya bapak-bapak sekali. Tapi baunya menggoda. Hangat. Dan... pahit. Tapi rasa tidak suka ini jadi 'kecanduan' gara-gara kakak saya menyosorkan segelas cairan cokelat dingin yang lumayan menggoda di siang hari. Rasanya memang pahit. Tapi toh sekarang saya suka juga.
Katanya kalau kebanyakan minum kopi, ada banyak hal negatifnya. Dari mulai gigi kuning lah, bisa mengikis kemampuan otak untuk mengingat... Tapi toh penikmat kopi masih tetap ada, malah semakin banyak dan menyebar ke kalangan muda, ya seperti saya ini. Karena apa? Dilihat dari prospek tempat yang menyenangkan untuk hangout, fasilitas yang lumayan ditambah menu yang sip, tidak heran tempat ngopi-ngopi sedang menjamur.
Seperti hidup kan?
Hidup selalu punya dua sisi. Hitam dan Putih. Salah dan Benar.
Setiap orang yang umurnya sudah dikatakan cukup untuk mengetahui mana yang salah dan yang benar, biasanya dia mempunyai satu area lagi yang menjadi pelarian. Area 'abu-abu'.
Anehnya, padahal kita tahu, Ini salah lho, ini yang benar. Tapi biasanya, orang mengacu kepada sesuatu yang salah, lalu bertanya, "Kenapa hal ini bisa salah? Toh, blablabla.". Dan kita akan mempunyai alasan sendiri kenapa hal itu tiba-tiba menjadi benar. Terciptalah alasan, "Tidak apa-apa kok, asal...."
Seperti kopi tadi. Saya tidak suka kopi, tapi sekarang saya bisa suka kopi. Begitu juga dengan pemikiran manusia. Kita selalu tertantang dengan hal-hal yang baru, dan selalu penasaran dengan sesuatu yang tidak diperbolehkan.
Contohnya, anak sekolahan. Mottonya? "Peraturan itu dibuat untuk dilanggar!"
(oke, saya sedang men-judge saya sendiri di post ini-____-)
Ini yang disebut dewasa?
Padahal semuanya tertera dalam benak kita. Mulai lisan sampai tulisan. Mulai dari ajaran agama sampai pelajaran PKn. Dari kebiasaan rumah sampai nanti di kantor. Semuanya tertera jelas, besar, ada di kepala.
Disinilah kita tidak bisa menjudge orang karena kesalahannya, karena sebagai manusia... toh sealim-alimnya kita tetap saja tergoda dengan sesuatu yang salah. Ada alasan? Patut untuk didengar, tapi alasan ya tetap alasan... benar tidaknya kita tidak tahu kan?
Ah, andai pikiran manusia bisa dibaca.........................
It's already night. Coffee & me are ready to running among the dark!