Kata-kata terus menguar begitu saja, membuatku tuli sesaat. Tapi apa daya mulut itu masih saja membuka lebar seperti tak merasakan betapa kesalnya aku dibuatnya. Aku mengerti intinya; aku tidak dipercaya. Toh, mau sebagaimana aku bicara pun kepala itu akan tetap keras. Tetap tertutup, seakan tahu segalanya. Mau apa lagi? Aku malas untuk berdebat, biarkan dia menang. Aku hanya ingin diam.
Jangan salahkan aku jika aku bisa marah. Aku punya alasan. Mau kau mendengar alasanku? Tidak. Terus potong omonganku sampai puas. Karena aku tidak akan bicara sepatah katapun lagi. Takutmu wajar. Usahamu hebat. Berbuah sebuah kebaikan. Tapi apa salahnya untuk mendengarkanku sampai kalimatku berujung titik? Apa salahnya tidak menyanggah untuk satu detik?
Aku akan biarkan kau terus bicara. Bicara sampai mulutmu berbusa. Terserah apa yang kau katakan. Aku tidak peduli. Toh, rasa percaya itu sudah tidak ada kan?