Katanya menulis itu melegakan. Pantas saja beberapa hari terakhir ini serasa ada batu besar mengganjal ditenggorokanku. Mungkin tanganku sudah hampir pias kaku karena sudah lama tak menggoreskan beberapa kata yang bisa mewakili apa yang terlintas dipikiranku saat ini.
Apa yang terjadi? Terlalu banyak, terlalu banyak waktu. Lebih baik jika mulutku saja yang menulis. Sambil mengindahkan beberapa hal yang seharusnya menjadi prioritas, aku baru menyadari bahwa kejenuhan menamparku saat ini. Yang dicari tidak tahu, hanya alasannya yang aku tahu. Alasan sepele, yang kata orang tua hanya dibuat-buat.
Ya apa boleh buat, kalau hati sudah tak ingin melakukan, semua pun hanya diam ditempat. Berjalan pun tak karuan. Hanya asal maju. Bahkan mundur, kalo memang merasa.
Ini bukan bisika pesimis. Hanya sedikit ingin berdiam diri. Maaf kalau aku berdiam diri terlalu lama. Kepalaku masih terang benderang menyala dengan satu mimpi yang setengah mati ingin aku gapai dengan kaki yang tak terlampau jenjang untuk melompat lebih tinggi.
Maaf sudah menelantarkan banjiran kata yang tertahan begitu lama.
Setidaknya aku puas, akhirnya tanganku mau menulis lagi.
Setidaknya aku puas, akhirnya tanganku mau menulis lagi.