Katanya, mata tidak pernah berbohong. Karena itu aku memandanginya lamat-lamat. Menyelami biji matanya yang gelap. Mungkin ada jawaban disana. Tapi matanya tak terus-menerus menatapku. Sesekali matanya menutup, atau memandang yang lain. Aku kesulitan mencari arah, lalu akhirnya lelah mencari. Matanya menutup jawaban. Ia tak mau dicari.
Tapi aku tidak akan pergi. Aku menunggunya untuk yang lain. Mungkin lain kali, bukan hanya matanya yang berbicara. Tapi bibirnya yang akan memberikan jawaban. Mungkin, nanti.