"Merindu," katanya.
Katanya, ia rindu untuk mengobrol semalam suntuk. Sampai rasanya telinga terasa panas. Padahal entah apa saja yang diobrolkan. Kebanyakan bukan hal-hal penting. Konyol, tapi menyenangkan.
Katanya, ia rindu untuk sekedar berjalan-jalan tak tentu arah. Tapi jelas waktu yang berlalu tak berjalan lambat bak siput, bahkan sampai tak terasa matahari sudah menggantung menuju tenggelam.
Katanya, ia rindu hanya untuk diam di sebuah restoran junkfood. Selalu memesan minuman yang sama, lalu berbincang sampai rasanya kaki mulai membeku diserbu dinginnya pendingin ruangan.
Katanya, ia rindu untuk melakukan hal-hal bodoh yang mengundang gelak tawa. Entah itu di jalan. Atau di dalam ruang bioskop. Celetukan bodoh, tindakan-tindakan spontan, apapun itu.
Katanya, ia rindu untuk diingatkan untuk menjadi lebih baik. Tidak dengan nada tinggi. Bukan dengan ceramah panjang lebar. Tapi dengan caranya sendiri, yang tidak menyebalkan untuk didengarkan dan diresapi.
Katanya...
"Terlalu banyak. Terlalu banyak rindunya."