Minggu, 22 Februari 2015

Intermezzo?

Vakansi sudah mulai berdebu.

Tiup saja debunya, tak usah membaca lebih lanjut. 


Alasan selain dari kemalasan saya untuk kembali menulis adalah karena 3 bulan terakhir cukup membuat saya semakin kurus. Semester ini saya sudah berkenalan dengan praktikum yang artinya semenjak saat ini kuliah saya hanya berputar pada tiga hal, kuliah-praktikum-laporan, terus berulang.

Untungnya, saya semakin mencintai apa yang saya pilih saat ini. Saya masih bersyukur karena tidak kembali berkutat dengan fisika dan teman-temannya. Semakin saya belajar, semakin banyak hal yang membuat kedua mata saya melebar karena kagum. Sekalian mengenali diri, dan sesekali 'mengecap' orang lain. Namun saya juga dibuat kewalahan di Psikologi karena saya masih sangat jelek mengorganisir waktu. Motivasi saya hilang dimakan angan. Semoga ini menjadi tamparan bagi saya untuk jadi lebih baik.

Tahun ini saya kembali dengan target-target yang saya harap benar-benar dapat terealisasi. Mengingat tahun lalu, beberapa target saya sudah ada yang tercapai. Yes! Tahun 2014 saya nggak suram-suram amat, seenggaknya ada hasil yang bisa saya petik.

Alasan lainnya yaitu, akhirnya saya bisa lumayan menikmati libur 3 minggu di semester ganjil ini. Walaupun tetap saja harus bolak-balik Bandung karena suatu hal, tapi saya bisa merasakan kembali leha-leha dirumah tanpa harus bingung 'makan apa ya hari ini?'. Apalagi liburan ini keluarga saya kumpul lengkap, ini momen langka kawan. Yah.. kembali, walaupun, hanya harus di Cirebon. Tanpa pergi kemana-mana, tidak seperti apa yang saya rencakan sebelumnya.

Disinilah kembali saya, kembali ke perantauan. Minggu pertama kuliah tak mengesankan apapun, kecuali saya sudah angguk-angguk kepala saya saat melihat jadwal. Semester ini akan lebih membuat saya pusing, tapi toh mau bagaimana lagi.

Saya sudah kepalang cinta disini.

Doakan yang terbaik untuk saya di tahun ini, juga untuk kamu. Btw, saya baru lagi ikut lomba nulis awal bulan ini. Menyenangkan kembali rasanya membuat fiksi, tapi sedihnya saya merasakan kekakuan untuk bercerita saat menulis. Semoga saya bisa lebih banyak menulis lagi disini, disana, dimana-mana. Supaya jari-jari ini tak lagi kaku.


Salam,

Aulia.