Minggu, 11 September 2011

Rumah Sementara


Ini kali pertamaku melihat layar yang sangat lebar membentang di depan mata. Tempat duduknya empuk, ada sandaran kepala dan tangan. Sayangnya terlalu berdempetan menurutku. Dan satu hal lagi, sangat dingin. Sial sekali aku hanya berbekal kaos sesiku dan celana selutut plus tas slempang yang menemaniku hari ini. Tak ada yang bisa menghangatkan badan, walaupun begitu, aku ingin tetap berada disini.



Aku tersenyum sumringah. Aku menengok kanan dan kiriku. Semuanya tampak sibuk dengan diri sendiri. Ada yang memainkan handphone-nya, ada yang mengobrol santai dengan temannya... kulihat diriku. Hanya sendirian. Ah tak apalah, yang penting uang selembarku yang berwarna hijau itu akhirnya bisa aku belikan tiket bioskop. Walaupun minus makanan dan minuman. Harusnya aku menyelundupkan beberapa makanan atau minuman kedalam tasku. Mungkin mbak-mbak cantik yang ada didepan ruangan tadi tidak akan mempehatikan. Tapi aku enggan untuk kembali keluar. Aku bisa rugi waktu kalau tiba-tiba yang kutunggu sudah dimulai.

Mataku mulai menutup saat tiba-tiba ruangan menjadi gelap perlahan. Layar mulai menampakkan kilasan gambar-gambar yang akan dimulai. Tak sempat kulihat apa judulnya, tapi aku menebak sepertinya ini film yang agak seram. Dengan muka setan yang mengerikan didepan poster, aku sudah cukup merinding. Tapi toh, bukan itu tujuanku kesini. Durasinya kira-kira 2,5 jam. Cukup tidak ya? 

Cukuplah.

Untung bioskop tidak begitu penuh. Aku kembali melirik kiri dan kananku, gelap. Tidak ada yang memperhatikan.

Aku mulai menutup mata.

***

"Mas? Mas?"

Aku merasakan bahuku ditepuk beberapa kali. Aku membuka mata perlahan, silau. Ternyata lampu sudah mulai dinyalakan. Seorang mbak cantik yang aku kenal sebagai penjaga depan ruangan dengan seorang laki-laki berseragam hitam tampak kebingungan didepanku. Aku mengucek mata.

"Mas filmnya sudah selesai. Kalau memang Mas mau tetap disini untuk menonton lagi, Mas harus beli tiket lagi,"

Ah... aku mulai mengerti maksud kedua orang itu. Aku rasakan badanku kedinginan, rasanya beku. Aku berusaha tersenyum lalu menggeleng kecil. "Tidak, tidak usah. Saya mau keluar."

Meninggalkan kedua orang kebingungan itu, aku berjalan dengan santai sambil tersenyum lebar. Akhirnya... aku bisa tidur dengan nyenyak selama 2,5 jam. Uangku hilang untuk membeli tiket, tapi tidak apa. Yang kudapatkan sepadan. Setelah kehilangan rumah dan berjalan tak tentu selama seminggu lamanya... Yah, aku kembali pulang. Entah pulang kemana...

Terimakasih, bioskop.




penulismanda.blogspot.com