Minggu, 02 Januari 2011

Mengundur mati

Jalan masih terlihat sepi. Malam masih berjalan, tapi bulan sudah tak tampak. Satu-satunya cahaya yang ada hanya senter yang dia bawa. Nafasnya menderu. Larinya sudah tidak sekencang tadi. Matanya terus melirik kanan kirinya. Waktunya sempit.

Besi berbentuk silinder dikanannya bisa meledak kapan saja. Bisa saja. Kalau keparat-keparat itu berani memunculkan kepala di depan matanya. Pilihan untuk mati sekarang banyak. Pukulannya cukup untuk menyerang muka-muka bajingan itu dengan keras. Atau mau ditembak saja?

Dia sudah semakin geram, sekali lagi mereka lolos diantara sela jari-jarinya. Sedikit lagi.

***

Mereka terengah-engah. Singa galak itu sudah mulai menjauhi semak-semak dimana mereka bersembunyi. Mereka saling mendekat, masih kaget. Jantung masih terasa berdebar-debar. Rasanya bernafas pun sakit.

Suara merintih terdengar dari balik punggung mereka. Wajah itu menatap sayu dengan ketiga matanya.

"Aku tidak jadi mati?"