Sabtu, 01 Januari 2011

Pesimis.

Pernah kamu merasa terlalu banyak beban di atas punggungmu sampai-sampai kamu ingin menutup mata sejenak, bahkan berharap tak akan terbangun lagi?

Aku pernah. Sering.

Bahkan aku sudah tidak bisa berlari lagi. Kakiku sudah benar-benar lelah. Tanganku sudah tidak bisa meraih apapun. Nafasku terengah-engah. Kepalaku seakan berputar di tempat. Tak cukup tenaga sampai menuju garis finish. Belum cukup kuat untuk menantang setan di pikiranku sendiri.

Dorongan tangan-tangan mereka tak membantuku sama sekali. Mataku terkadang gelap. Tidak bisa menatap jalan apa yang akan aku temukan di depan. Buntu. Yang aku tahu hanya mereka ingin aku terus berlari. Tapi apa yang terjadi jika di depanku itu jurang?

Aku memang serangga kecil yang penuh ketakutan untuk bisa terbang tinggi. Untuk bisa melihat matahari dan bunga-bunga cerah yang memanjakan mata. Untuk bisa menikmati hembusan angin tenang yang bisa membawaku terbang lebih tinggi, untuk merasa bebas.

Tapi memang tidak ada sesuatu yang menungguku di atas sana.

Kadang pesimis memang menjadi setan paling gila dari dalam diri kita untuk mematikan seluruh sistem dalam tubuh dalam sekejap. Badan, pikiran, tingkah laku. Diam. Karena pesimis mengisiki aku untuk percaya bahwa yang aku lakukan sebenarnya... "sia-sia".

Dan ditengah riuhnya suara terompet dan cahaya kembang api yang menyala diatas kepalaku, aku kembali mengalaminya. Sekarang.